Botram, Makan Bersama Ajang Kebersamaan Jangan Sampai Hilang

GURUPECINTALITERASI.COM – Tantangan bulan Februari 2024 dalam bentuk tantangan menulis dengan tanda pagar #FebruariGambarBicara bertujuan untuk membiasakan anggota komunitas Guru Pecinta Literasi menuangkan idenya dalam bentuk tulisan yang enak dibaca.

Siti Yulianti, anggota Komunitas Guru Pecinta Literasi Musi Rawas mencoba untuk konsisten menulis dan menceritakan gambar.

Kali ini bu Siti Yulianti menuliskan sebuah tradisi kebersamaan. Apa itu, mari kita simak!

Baca Juga: Lauk Makan Kesukaan Anakku

Makan adalah salah satu kebutuhan pokok setiap makhluk hidup. Makanan yang kita konsumsi sebagai asupan nutrisi bagi tubuh agar dapat melakukan aktivitas/kegiatan sehari-hari. Ibarat mesin, sebagai bahan bakarnya.

Selera/nafsu makan kita terkadang menurun. Hal ini dikarenakan sedang kurang enak badan/sakit, tidak cocok menunya, sudah kelewat lapar, atau karena berkurangnya salah satu anggota keluarga kita. Misalnya, anak pergi merantau menuntut ilmu, menjalankan tugas negara atau sudah menikah dan mengikuti suaminya. Ketika keluarga masih lengkap dengan anak-anak, tentu nafsu makan kita lebih tinggi. Namun, setelah anak-anak sudah menikah semua dan sudah tidak serumah, tentu hal ini sangat mempengaruhi nafsu makan kita.

Salah satu usaha atau cara untuk menumbuhkan selera makan kita dengan makan bersama orang lain. Semakin banyak teman makan bersama akan semakin tinggi selera makan kita. Seperti kita makan bancakan atau among-among waktu kecil dulu. Makan dengan urap ditambah sepotong kecil telur rebus, begitu nikmat rasanya. Makan nasi wiwit ketika padi akan dipanen juga tidak kalah nikmatnya. Tradisi bancakan/among-among sudah jarang kita temui, apalagi wiwit atau permulaan menanam padi.

Makan bersama yang kita lakukan saat ini disebut botram. Istilah ini dari Bahasa Sunda. Botram bisa direncanakan jauh-jauh hari atau mendadak. Sensasi yang dirasakan lebih nikmat kalau diadakan secara spontan/mendadak. Lauk seadanya tidak harus daging atau ikan. Misalnya, sedang kumpul-kumpul bersama anak/keponakan. Ada yang usul mengajak botram, kemudian yang lainnya setuju maka langsung dieksekusi.

Semua bergerak berbagi tugas, ada yang bawa beras, ikan asin, telur, lalapan, cabai lengkap bumbu, dan tidak ketinggalan kerupuk.  Setelah semua bahan terkumpul, dimasak bersama.

Selesai masak, makanan  pun siap dihidangkan. Ada yang mengambil daun pisang untuk alas makanan. Banyaknya daun disesuaikan dengan banyak orang yang akan makan.  Kemudian nasi dihamparkan beserta lauk yang ada.

Kami pun duduk berkeliling. Daun pisang sebagai alas makan adalah ciri khas botram, kurang afdol rasanya apabila tidak menggunakan alas daun pisang. Dan … bismillaah … botram pun dimulai … seru dan nikmat. Makanan ludes dalam waktu singkat. Perut kenyang, hati pun senang.

Botram juga sering kami lakukan di sekolah. Salah satunya, ketika HUT PGRI  tahun lalu. Ada guru yang mengusulkan  botram sesudah upacara.  Maka guru-guru lainnya langsung setuju. Kemudian kami menawarkan diri, apa yang akan dibawa masing-masing. Saling melengkapi satu sama lain.

Suasana seru pun segera tercipta. Melalui kegiatan botram ini, akan terbina kebersamaan, kerukunan, dan kekeluargaan di antara kita. Mempererat tali persaudaraan.

14 Februari 2024
Ditulis oleh: Siti Yulianti
Editor: PakDSus

#GPLM #FebruariGambarBicara

Botram Tradisi Kebersamaan (Dok. Siti Yulianti)

Leave a comment

Saya, PakDSus

Selamat datang di laman Guru Pecinta Literasi Musi Rawas, wadah komunikasi, kreativitas literasi para pendidik lintas jenjang dan mata pelajaran.

Mari terhubung dengan: