GURUPECINTALITERASI.COM – Halo, sobat GPLM (Guru Pencinta Litrasi Musi Rawas), berikut Admin sajikan tulisan ketujuh tantangan Maret 2024.
Kembali kita menikmati tulisan Ibu Miranda Dewi.
Baca Juga: Korban Bullying, Tulisan Ke-6 Tantangan Maret 2024
Abu-abu Kelabu
(Cerita Bagian 3)
Melanjutkan pendidikan tingkat atas dan umum, sudah barang pasti menyiapkan diri untuk melanjutkan ketingkat perguruan tinggi. Lain ceritanya jika melanjutkan ke sekolah kejuruan.
Dalam proses berfikir tak lebih dari tiga bulan, Maria sudah menentukan pilihannya, ia ingin melanjutkan ke SMAN 2 di kota C. Dalam benaknya ia sudah menyiapkan rencana jika nanti selesai dari sana tujuannya adalah AKPER. Beberapa perguruan lain di kota C ini sama sekali tak diliriknya. Alasannya simpel karena ia sangat menyukai kucing dan pernah membantu kambing tetangganya melahirkan. Berdalih agar nanti banyak orang yang akan membutuhkan jasanya saat ada hewan mereka akan melahirkan. Bukan untuk menyelamatkan sesama manusia tapi hewan saja. Terdengar lucu memang cita-cita Maria ini, tapi peduli amatlah dengan omongan orang.
Maria si keras kepala ini melenggang mulus selama 3 tahun menjadi remaja putih abu-abu. Masa dimana ego berada di puncak tertinggi kejayaannya. Sejak kelas X Maria sudah memiliki sahabat. Mereka membentuk sebuah gank yang diberi nama “JOJOBA” akronim dari Jomlo-jomlo Bahagia, tapi ini bukan satu-satunya gank dengan nama itu. Mereka hanya satu dari sekian gank di sekolah itu.
Si Zova adalah ketua gank mereka, badannya kecil, putih, berambut lurus, suaranya lantang, nyaring dan cempreng, Cocok dijadikan ketua gang. Selama Maria bergabung pada gank ini, kelas X nya berantakan. Pernah ia membolos sekolah dan makan di jalan raya ketika bulan Ramadhan. Sungguh-sungguh pergaulan yang membawa pada kehancuran.
“Ibu baru saja terima laporan dari pak Edi, kalian bolos jam pelajaran olahraga yah?” tanya wali kelasnya Bu Ijah, kepada Maria dan ganknya.
“Iya Bu, bukan bolos Bu. Tapi kami hanya berangkat lebih awal ke kolam renang, tanpa harus berangkat dulu kesekolah.” Jawab Zova mewakili teman-temannya.
“Kalian tau resikonya? Jika terjadi apa-apa pada kalian kami pihak sekolah tidak akan bertanggung jawab, karena kalian tidak kesekolah terlebih dahulu.” tegas Bu Ijah dengan sedikit kecewa.
Maria dan ganknya hanya tertunduk lesu, menyesali perbuatan mereka. Itulah awal perpecahan gank mereka, Maria yang sebelumnya tidak mengenal tindakan bodoh seperti itu memilih mundur menjauh dari teman-temannya, dan hanya fokus pada satu teman saja yang bernama Dian.
Dian dan Maria selalu disandingkan dari kelas X hingga XII. Di kelas XII mimpi mereka adalah ingin sekali berkuliah di universitas nomor satu di Indonesia. Keduanya memiliki kecendrungan kesukaan yang sama, suka sekali belajar Matematika, Kimia dan Biologi. Tidak untuk Fisika yang sama-sama berada di bawah payung sains. Menurut mereka Fisika Ilmu kurang kerjaan, hal yang sia-sia. Kenapa kita harus menghitung-hitung panas yang digunakan untuk meleburkan es. Menimbang berat ember air jika menggunakan 1 atau 2 katrol.
“Aduh pusing kepalaku, kenapa harus dihitung, masak ya tinggal masak, pakai kayu bakar yang banyak nanti juga mendidih.” Gumam Dian pada Maria.
“Iya loh, nambah-nambahin kerja otak saja. Enakkan main sama kucing di rumah, cari kayu bakar di hutan. Itu lebih manfaat.” Memberi respon sekaligus beralibi jika yang mereka lakukan itu benar semua.
Satu tahun terakhir yang sulit untuk mereka berdua, Maria mendapatkan undangan kuliah di Kota B di fakultas yang disukainya Biologi, tapi restu bapaknya menjadi penghalang terbesarnya untuk melanjutkan mimpinya. Sementara Dian berkuliah di Kota B di kampus Swasta milik Muhammadiyah mengambil jurusan kesehatan masyarakat. Keduanya pun berpisah untuk saling bertemu di ruang rindu.
#TantanganMaret2024
#GPLM
Penulis: Miranda Dewi


Leave a comment