Korban Bullying, Tulisan Ke-6 Tantangan Maret 2024

GURUPECINTALITERASI.COM – Halo, sobat GPLM (Guru Pencinta Litrasi Musi Rawas) Berikut Admin sajikan tulisan keenam tantangan Maret 2024.

Kembali kita menikmati tulisan Ibu Miranda Dewi.

Korban Bullying

(Cerita Bagian 2)

Maria termasuk seorang gadis yang berparas manis dan menarik, tubuhnya yang lumayan tinggi menjadikannya satu-satunya anak paling lumayan di keluarganya. Tapi tidak untuk keluarga besarnya, karena hanya anak-anak Bapaknya yang memiliki standar kecantikan di bawah rata-rata untuk kota C ini. Semua sepupunya memiliki kulit yang putih dan bersih. Bermata sipit layaknya seperti orang Cindo. Penampakan itu jauh berbanding terbalik dengan Maria beserta adik-adiknya,itu karena Bapaknya menikah dengan wanita suku S dan memiliki kulit gelap. Tapi Maria tak pernah mengeluh akan hal itu, yang disyukurinya adalah perjuangan seorang ayah dan ibu untuk menjaga prinsip menjalani hidup mereka dan keluarganya.

Dulu ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, Maria selalu menjadi bulan-bulanan teman dan kakak kelasnya, karena kulitnya yang hitam. Ia dicap sebagai orang dari timur, terkadang cemoohan itu tidak saja lewat verbal tapi juga tindakan. Apakah itu membuat semangat belajarnya pudar? Tentunya tidak, Maria terus berjuang demi menggapai cita-citanya meskipun harus merangkak.

“Hei itam, bidadari turun dari WC.” kata seorang temannya.

Lalu bersoraklah teman lainnya hingga kegaduhan terjadi. Itulah kata-kata yang terjadi setiap waktu di sekolah itu.

6 tahun di sekolah dasar cukup kenyang lah ia dengan semua itu, mimpinya ketika di SMP dan SMA takkan ada lagi hal demikian. Namun mimpinya kandas, 3 tahun di SMP ia masih saja menjadi korban bullying, bahkan dari ketua kelasnya sendiri, lagi-lagi ia dibully bukan karena ia bodoh tapi masih karena ia anak orang miskin dan memiliki kulit yang tidak terawat.

“Barisan siap, grak. Lencang depan,grak!” Aba-aba dari ketua kelas, sebelum masuk kedalam kelas.

Terlihat ketua kelas berjalan ke belakang tepatnya di barisan paling belakang dimana Maria sudah menaikan tangan mengikut perintah ketua kelas, ketika ketua kelas berbalik kembali ke barisan depan.

“Cetak.”

Tulang tengah pada jari tengahnya yang menonjol karena dikepal mendarat syahdu di kepala bagian belakang Maria, tepat di antara kuncir dua berpita birunya itu.

“Aduh, sakit.” Sambil mengusap-usap kepalanya menahan sakit lalu menangis.

Maria tergolong anak yang pendiam, ia tidak banyak tingkah, aneh saja rasanya jika ada yang menghinanya. Keyakinannya memuncak ketika ada temannya yang berucap.

“Weh, hitam sekali kau ini, apa kau ini orang dari P****?” tanya mereka penasaran.

Kulit Maria yang gosong bukanlah tanpa sebab, ia memang anak yang pekerja keras, merumput di ladang bapaknya sudah biasa tanpa menggunakan topi apalagi sunblock. Jadi tak heran jika tengkuknya mengkilat saat terpancar sinar matahari.

Lantas apakah hal itu membuatnya sedih dan mengurung diri di rumah? Ternyata tidak, Maria tetaplah Maria ia tetap saja pada fokus utamanya menjadi juara kelas dan belajar. Karena dia memiliki prinsip yang diajarkan bapaknya yaitu,

“Cara membalas dendam terbaik pada mereka yang menyakitimu adalah dengan menjadi sukses”

#TantanganMaret2024
#GPLM

Penulis: Miranda Dewi

Leave a comment

Saya, PakDSus

Selamat datang di laman Guru Pecinta Literasi Musi Rawas, wadah komunikasi, kreativitas literasi para pendidik lintas jenjang dan mata pelajaran.

Mari terhubung dengan: