Ilustrasi mencari ide menulis (Bing Image Creator)

Tulisan ini repost dari blogsusanto.com/menulis-cerita-dari-peristiwa-lucu-yang-dialami/

Anda bingung menulis cerita memulainya dari mana? Nah, Anda tidak sendirian. Banyak teman kita yang memiliki kebingungan yang sama.

Bila kita belajar menulis kepada ‘guru’ atau penulis, mereka akan mengajari kita sesuai dengan bagaimana mereka bersastra atau sesuai dengan pandangan dan hal yang mereka yakini.

Ada yang mengajari kita, misalnya, tulis saja. Tulis saja apa yang ada di benak Anda. Apa yang ingin Anda tulis, tuangkan dalam tulisan hingga ‘isi kepala’ Anda habis. Jangan menghiraukan aturan ini dan itu. Tulis saja.

Guru tipe ini sangat cocok untuk teman-teman yang baru ‘belajar’ menulis. Baru memiliki keberanian menulis, seperti saya.

Latihan yang bisa dilakukan misalnya dengan teknik gambar bercerita. Ambil sembarang gambar, misalnya pepaya. Ceritakan pepaya itu menurut pandangan Anda.

Anda bisa memulainya dari nama lain pepaya dalam berbagai bahasa daerah, manfaat pepaya, alasan Anda suka atau tidak suka dengan pepaya, atau cerita-cerita menarik apa yang pernah dialam dengan pepaya. Anda batasi minimal 100 kata. Jika belum mencapai 100 kata jangan berhenti. Misalnya begitu.

Belajar di Kelas Menulis Gratis
Saya tergabung dalam beberapa grup literasi. Grup-grup itu membuka kelas menulis gratis. Ketika sampai pada materi menulis cerita pendek atau fiksi, biasanya narasumber mengenalkan kami pada premis.

Premis dibuat sebagai konsep utama dalam bentuk kalimat sederhana. Meskipun dalam bentuk kalimat sederhana, premis yang baik memuat ide utama. Apa saja itu? Misalnya tokoh utama dan karakter, tujuan mereka, rintangan yang dihadapi, dan keunikan cerita.

Premis merupakan konsep utama cerita yang disampaikan secara sederhana. Premis yang baik akan menyajikan ide-ide utama cerita, seperti karakter utama, tujuan mereka, rintangan yang dihadapi, dan keunikan cerita.

Premis merupakan dasar pemikiran yang digunakan sebagai langkah awal dalam mewujudkan ide/gagasan cerita dalam satu kalimat. Itu mirip kalimat tesis dalam tulisan nonfiksi. Premis menjadi kerangka bagi pengembangan cerita selanjutnya.

Setelah itu, Anda menyusun kerangka tulisan. Dalam cerpen, Anda memulai dengan menetapkan tokoh dan penokohan, alur, konflik, dan penyelesaian.

Mari Memulai Menulis Cerita Sederhana
Suatu ketika, saya bersama istri berjalan-jalan di kota Pempek Palembang. Setelah makan malam di tepi jalan kawasan PIM (Palembang Indah Mall), kami berjalan kaki dan untuk pertama kali masuk ke Living Plaza yang sebelumnya adalah Pusat Perbelanjaan Ramayana.

Dua orang petugas di pintu masuk mempersilakan kami dan bertanya, “Mencari apa, Pak?”

Tidak menyangka bakal ditanya keperluan masuk ke Living Plaza, spontan saya balik bertanya, “Roti di sebelah mana, Mas?”

Sang petugas pun menjawab dengan ramah sambil tangannya menunjuk ke arah di maksud.

“Sebelah sana belok kiri, Pak.”

Istri pun segera memilih roti yang diinginkan. Setelah cukup, ia pun bermaksud membayarnya.

“Maaf, Bu, kami tidak menerima uang tunai.”

Tanggapan dari sang kasir tentu saja membuat istri yang tidak mempunyai aplikasi elektronik satu pun membuatnya melongo. Segera ia memanggil saya untuk melakukan pembayaran.

“Bayar pakai apa, Mas?”

“Pakai QRIS, Pak.”

Mataku tertuju pada kode bentuk piksel persegi bertuliskan QRIS.

Meskipun sering melihat di beberapa toko dan pusat perbelanjaan, sekalipun belum pernah membayar menggunakan QRIS.

Aduh, bagaimana ini. Jika gagal membayar dan mengembalikan roti serta tidak jadi membeli, rasanya amat malu. Hati berdebar-debar namun berusaha tetap tenang. Sementara sang kasir diam saja melihat saya yang kebingungan.

Untungnya saya segera teringat dengan aplikasi GoJek di hape. Masih ada saldo yang cukup untuk membayar GoCar, GoJek, atau belanja daring lainnya.

“Mas, bayar pakai GoJek bisa tidak?”

Mas Kasir dengan wajah cerah menjawab, “Bisa.”

Rupanya, hanya dengan menyentuh tombol bayar, muncul alat pemindai untuk memindai kode QRIS yang dipasang di meja. Kami merasa lega, roti berhasil kami bawa pulang. Sambil berjalan kami tertawa cekikikan.

Nah, peristiwa atau pengalaman lucu ini dapat dibuat menjadi cerita pendek sekaligus mengedukasi orang-orang tua seperti kami yang belum pernah menggunakan QRIS. Agar tidak lupa, karena rencana menyelesaikan ceritanya ketika sudah sampai di kampung, saya mencatat premis cerita yang bakal saya tulis. Berikut ini premisnya:

Sepasang kakek dan nenek belanja di toko modern kebingungan ketika si nenek mau membayar roti karena kasir tidak menerima uang tunai dan hanya menerima pembayaran dengan QRIS, sementara sang kakek belum berpengalaman membayar dengan memindai kode QRIS.

Setelah saya sampai di kampung, saya menyusun kerangka tulisan berdasarkan premis yang sudah dibuat.

Nah, cerita lengkapnya saya tulis di Kompasiana.

https://www.kompasiana.com/susantogombong/66ee72feed641558e21c2ed2/membayar-dengan-kris

Musi Rawas, 22 September 2024
PakDSus

Leave a comment

Saya, PakDSus

Selamat datang di laman Guru Pecinta Literasi Musi Rawas, wadah komunikasi, kreativitas literasi para pendidik lintas jenjang dan mata pelajaran.

Mari terhubung dengan: