Nugal (Dok. Siti Yulianti)

gurupecintaliterasi.com – Sobat GPLM yang satu ini mulai ngegas menulis. Ya, apa pun bisa menjadi ide tulisan.

Kali ini Siti Yulianti berbagi cerita tentang kegiatan gotong royong bertajuk “Nugal”. Apa itu nugal? Yuk, nikmati cerita bu guru satu ini.

Gotong royong adalah salah satu tradisi yang sudah menjadi budaya bangsa Indonesia sejak zaman dulu. Ada rewang di tempat saudara atau tetangga hajatan, membantu saudara atau tetangga yang terkena musibah, mengecor rumah atau menaikkan genteng saudara atau tetangga yang bangun rumah dan nugal.

Nugal adalah salah satu tradisi gotong royong untuk menanam padi, jagung, kacang tanah, kacang hijau atau kacang kuning (kedelai) tanpa diberi upah alias gratis. Pemilik ladang hanya menyiapkan makanan ala kadarnya.

Mata pencaharian penduduk Musi Rawas khususnya Tuah Negeri, sebagian besar adalah petani karet. Rata-rata umur karet sudah mencapai 30 tahun lebih, sehingga sudah kurang produktif lagi. Belum lagi harga karet yang terus menurun tidak sebanding dengan harga sembako. Hal ini menyebabkan para petani karet mulai berpikir akan menggantinya dengan kelapa sawit yang dirasa lebih menjanjikan.

Setahun yang lalu, suamiku sudah menanam sawit. Selagi menunggu tanaman sawit besar, ada lahan kosong di sela-sela tanaman sawit tersebut, rencananya akan ditanami padi tahun ini. Memang, sebelumnya sudah ditanami berbagai macam sayuran, ada ubi sayur, terung, tomat, lencak atau lumai, cabe, kemangi, dan lain-lain.

Nugal harus menunggu musim hujan datang. Kebalikan dengan di Jawa. Kalau di Jawa, nugal padi atau palawija pada musim kemarau karena tidak ada hujan. Air sungai banyak yang kering, tidak cukup untuk mengairi sawah. Ada beberapa daerah yang memang sudah menggunakan irigasi yang tidak perlu menanam padi tadah hujan.

Ketika musim hujan datang, para petani yang akan menanam padi atau palawija sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Mereka saling memberitahu kapan waktu nugalnya sehingga bisa saling membantu.

Sehari sebelumnya, kami menyiapkan makanan yang akan dibawa  besuk pagi. Ada lemet ubi, ulen (jadah goreng), rengginang. Lauknya ada ikan asin, peyek teri, sambel, sayur pucuk ubi, daging ayam dan kerupuk. Tidak lupa  gula, kopi, dan rokok.

Minggu pagi suami berangkat lebih dulu membawa galon air dan bibit padi, karena bibit padi akan dicampur dengan pupuk NPK  sebelum ditanam. Sebagian mampir ke rumah untuk membantu barang-barang yang akan dibawa. Ketika kami datang, sudah banyak yang membantu dan sebagian sudah mulai nugal. Ada anak-anak yang ikut juga, karena hari Minggu libur sekolah. Kami pun ikut bergabung untuk nugal.

Kami nugal sambil bersenda gurau.  Tidak terasa  sudah dapat separuh, kami pun istirahat dan makan, kemudian dilanjutkan lagi.

Alhamdulillah, sekitar pukul 10.00 nugal  selesai, karena banyak yang membantu. Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak ibu yang sudah mau membantu kami. Dengan bergotong royong, pekerjaan cepat selesai, terjalin silaturahmi yang memperkuat persatuan dan kesatuan.

09 Februari 2024
Ditulis oleh: Siti Yulianti
Disunting oleh: PakDSus

#GPLM #FebruariGambarBicara

3 responses to “Nugal: Gotong Royong Menanam Padi di Ladang”

  1. Sri Maryati,S.Pd Avatar
    Sri Maryati,S.Pd

    Wah hebat, literasinya mantap, sangat menginspirasi,tetap semangat

    Like

  2. Yeni Apriyanti Avatar
    Yeni Apriyanti

    Masyaallah sangat menarik dan menginspirasi tetap semangat ya bu

    Like

  3. Rohmah Setyani Avatar
    Rohmah Setyani

    Sangat menarik bu guru..orang yang awalnya gak paham setelah membaca cerita ibu menjadi paham..

    Like

Leave a reply to Rohmah Setyani Cancel reply

Saya, PakDSus

Selamat datang di laman Guru Pecinta Literasi Musi Rawas, wadah komunikasi, kreativitas literasi para pendidik lintas jenjang dan mata pelajaran.

Mari terhubung dengan: